Keteladanan merupakan hal yang sangat penting, tidak saja ditinjau dari aspek sosiologis melainkan juga aspek pendidikan dan keagamaan. keteladanan dari aspek agama akan sangat menentukan pola sikap dan pola laku komunitas agama tersebut.
Diperlukan suatu "konsensus" apa dan siapa yang dijadikan sentral keteladan.
kegagalan dalam menetapkan konsensus ini akan berdampak sangat buruk karena akan terjadi proses pencarian teladan yang "bebas" tergantung waktu dan tempat yang berbeda. dan jika ini terjadi maka akan terjadi konsepsi-konsepsi nilai sikap dan laku yang beragam yang sangat riskan mengundang konflik antar komunitas keteladanan
Islam mengajarkan bahwa sentral keteladan adalah rasulullah, dan keteladan itu kemudian diwariskan dalam bentuk nilai-nilai (akhlak) kepada para ulama. jadi yag diwariskan bukan nama atau bentuk melainkan nilai (akhlaqul-karimah dan aqidah tauhidiyah), sehingga seorang ulama bisa (boleh) diteladani karena kedua nilai tadi bukan karena nama dan statusnya sebagai ulama.
Sebuah pendekatan rasional yang punya konsekuensi bahwa setiap tindakan ummat dapat dikontrol dengan nilai yang terukur (reliable). sehingga tidak ada keteladanan yang membabi buta atau irrasional. sehingga kita menempatkan seorang yang kita teladani setelah rasulullah dengan ukuran kemanusiannya sejati bukannya malaikat atau dewa.
Namun dalam prakteknya tidak selalu demikian, ummat sering kali terjebat dalam praktek sektarian yang bersumber dari keteladan yang gegabah, karena menganggap ulama panutan/teladan kita adalah "malaikat" sehingga semua perbuatan serta "titah"nya mutlak benar. hal mana selanjutnya kelompok-kelompok (firqah2) ujub dan fanatik pada komunitasnya.
Akhir-akhir ini di indonesia gejala ini sepertinya juga terjadi, lihat saja bagaimana seorang ulama dipuja setinggi langit dan dijadikan teladan secara membabi buta. padahal si ulama sudah memperingatkan bahwa ia hanyalah manusia biasa dan jangan dipuji secara berlebihan. meskipun dengan kearifannya akhirnya si ulama berhasil mengguncangkan "keterlelapan" pengikutnya itu dengan melakukan sesuatu suatu perbuatan yang nyaris dibenci oleh pengikutnya tersebut. Dan mudah-mudahan pengikutnya sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan manusia biasa, bukan malaikat.
Luarbiasa...beliau berhasil menguncang pohon irrasionalitas keteladan sehingga semua kembali kebumi kesadaran dan akal. namun tetap tidak melakukan perbuatan yang dicela tuhan.
ada bahaya "iluminasi" yang senatiasa menjebak suatu komunitas kedalam persepsi irrasional, dengan menempatkan suatu objek/subjek dalam prasangka yang tidak semestinya. entah, merupakan kecendrungan manusiawi atau tidak. suatu kelompok tertentu cenderung "mendewakan" sesuatu atau seseorang, hanya karena seseorang/sesuatu itu berhasil memenuhi kebutuhan subtil akan keteladanan, perlindungan dan sandaran berupa figur.